Ottawa, kpu.go.id - Pemerintah Kanada menjadi tuan rumah kegiatan 6th Open Government Partnership yang dihadiri oleh delegasi Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat dari 79 negara dengan lebih dari 2.000 peserta dari seluruh dunia. Kegiatan ini mengambil tema Inclusion, Participaton and Impact (inklusi, partisipasi dan dampak) yang diselenggarakan di Shaw Center, Ottawa, Kanada 28-31 Mei 2019.
Dalam kegiatan ini, KPU mengutus 3 orang delegasi Sekretaris Jenderal KPU Arif Rahman Hakim, Kepala Biro Perencanaan dan Data KPU Sumariyandono serta Kepala Sub Bagian Organisasi, Litbang dan Sistem Pemilu KPU Wahdi Hafizy.
Arif Rahman Hakim sendiri berkesempatan menjadi narasumber pada sesi “Taking Advantage of Open Government: Fostering Political Participation, Innovation, Transparency, and Civic Participation” yang dikelola oleh Perludem pada tanggal 30 Mei 2019. Dalam forum tersebut, KPU menyampaikan inovasi yang telah dilakukan dalam mendukung Open Government Indonesia khususnya dalam Penyelenggaraan Pemilu.
Dalam presentasinya, Arif memulai dengan menyampaikan kerumitan pemilu di Indonesia dari sisi jumlah pemilih, jumlah badan penyelenggara, sistem pemilu dan distribusi logistik. Mengutip dari bbc.com, disampaikan bahwa pemilu di Indonesia adalah Pemilu paling rumit di dunia dan Pemilu dengan pemilih terbesar yang diselenggarakan dalam satu hari.
Pada kesempatan itu juga diuraikan beragam sistem informasi yang digunakan dalam proses pemilu, seperti Sistem Informasi Verifikasi Partai Politik (Sipol), Sistem Informasi Data Pemilih (Sidalih), Sistem Informasi Pencalonan (Silon), Sistem Informasi Daerah Pemiihan (Sidapil), Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng), Proses Lelang melalui LPSE dan Publikasi produk hukum melalui Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH). Khusus Situng dijelaskan secara detil prosesnyamulai dari pemindaian dan entry setiap dokumen yang dimulai dari formulir C1 di tingkat TPS sampai dengan formulir di tingkat nasional. Seluruh sistem informasi yang digunakan oleh KPU merupakan upaya dalam rangka membuat Pemilu di Indonesia lebih transparan, terbuka dan akuntabel.
Juga disampaikan inovasi yang dilakukan dalam rangka meningkatkan partisipasi publik dalam proses pemilu. Setidaknya ada 5 hal yang ditekankan dalam upaya ini, pertama uji publik regulasi yang akan dikeluarkan, kedua, pelaksaaan debat calon presiden dan wakil presiden, ketiga, Rumah Pintar Pemilu, keempat, Call Center KPU dan kelima, Relawan Demokrasi.
Di akhir presentasi, Arif menyampaikan capaian dari upaya yang telah dilakukan yaitu meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemilu yang dibuktikan dengan meningkatkan partisipasi pemilih dalam Pemilu Tahun 2019. Berkurangnyajumlah sengketa hasil pemilu di Mahkamah Konstitusi (M), dan meningkatnya keakuratan dalam pengambilan keputusan.
Peserta yang hadir dalam sesi ini mengapresiasi pelaksanaan Pemilu 2019 di Indonesia dan berharap setiap negara yang berpartisipasi dalam OGP Summit dapat belajar dari Indonesia dalam proses penyelenggaraan pemilu. (wh/ed diR)